IKLAN

Hosting Unlimited Indonesia

Selasa, 09 Mei 2017

Alat Mesin dari Doppler

KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Allah yang maha ESA, karena berkat kemurahanNYA makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan dalam makalah ini kami membahas “Alat Mesin Doppler”.
Makalah ini di buat dalam rangka memperdalam pemahaman Masalah Alat Mesin Doppler . Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam kami sampaikan kepada bapak selaku dosen mata kuliah Teknologi Informatika, dan rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini .
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat .



Pematang Reba, Mei 2017


Kelompok III






DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................... i
Daftar Isi ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latarbelakang................................................................... 1
B.     Rumusan masalah............................................................. 2
C.     Tujuan penulisan .............................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Pengertian Doppler............................................................. 3
B. Sejarah Perkembangan Doppler......................................... 3
C. Aplikasi Klinis.................................................................... 4
D. Diagnostik Doppler............................................................ 4
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ...................................................................... 6
B.     Saran................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Selama masa kehamilan tentunya ibu selalu berharap yang terbaik untuk janin di dalam kandungan. Tak urung tiap kali melakukan pemeriksaan ke dokter atau bidan, ibu akan bertanya-tanya bagaimana keadaan janin. 
Pemantauan janin tentunya tidak bisa dilakukan dengan kasat mata. Maka dari itu, biasanya pemantauan dilakukan dengan mendengarkan denyut jantungnya. Bukan hanya memantau apakah denyut jantung janin keras atau lemah, tetapi juga dilihat perubahan iramanya terutama saat terjadi kontraksi rahim. Ketika janin stress, denyut jantung yang tadinya berirama dan cepat bisa jadi tidak berirama dan melemah. Hal ini perlu diketahui untuk mengetahui sejauh mana toleransi janin terhadap proses persalinan sehingga dokter atau bidan bisa memutuskan apakan perlu intervensi atau tidak. Sebagai informasi denyut jantung normal janin adalah 120-160 per menit dengan variabilitas 5-25 denyut per menit.

B. Rumusan Masalah
      Bagaimana mesin dari alat Doppler?

B.     Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi bertujuan untuk mengetahui alat dari sebuah mesin Doppler yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Doppler
            Fetal dopler adalah alat diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi denyut jantung bayi yang menggunakan prinsip pantulan gelombang elektromagnetik. Alat ini sangat berguna untuk mengetahui kondisi kesehatan janin, dan aman digunakan dan bersifat non invasif.

B.     Sejarah Perkembangan Doppler
Prinsip doppler pertamakali diperkenalkan oleh Cristian Jhann Doppler dari Australia pada tahun 1842. Di bidang kedokteran penggunakaan tekhnik Doppler Ultrasound pertamakali dilakukan oleh Shigeo Satomura dan Yosuhara Nimura untuk mengetahui pergerakan katup jantung pada tahun 1955. Kato dan Izumi pada tahun 1966 adalah yang pertama menggunakan ociloscope pada penggunaan Doppler Ultrasound  sehingga pergerakan pembulauh darah dapat didokumentasikan.
Pada tahun 1968 H. Takemura dan Y. Ashitaka dari Jepang memperkenalkan penggunaan Doppler velocimetri di bidang kebidanan dengan menggambarkan tentang spektrum Doppler dari arteri umbilikalis. Sementara itu, di Barat penggunaann velocimetri  Doppler di bidang kebidanan baru dilakukan pada tahun1977. Pada awal penggunaan Doppler Ultrasound  difokuskan pada arteri umbilikalis, tetapi pada perkembangan selanjutnya banyak digunakan untuk pembuluh darah lainnya.
Sedangkan untuk fetal dopler sendiri  diciptakan pada tahun 1958 oleh Dr Edward H.Hon, yakni sebuah Doppler monitor  janin atau Doppler monitor denyut jantung janin dengan transduser genggam ultrasound yang digunakan untuk mendeteksi detak jantung dari janin. Edward menggunakan Efek Doppler untuk memberikan stimulasi terdengar dari detak jantung. Untuk perkembangan selanjutnya, alat ini  menampilkan denyut jantung janin per menit. Penggunaan alat ini dikenal sebagai auskultasi doppler.

C.    Aplikasi Klinis
Aplikasi klinis dari Doppler yaitu:
1.         Mendeteksi dan mengukur kecepatan aliran darah dengan sel darah merah sebagai reflektor yang bergerak.
2.         Pada bidang kebidanan, fungsi alat ini dispesifikkan untuk menghitung jumlah dan menilai ritme denyut jantung bayi.

D.    Diagnostik Doppler
Pemeriksaan dengan menggunakan Doppler adalah suatu pemeriksaan dengan menggunakan efek ultrasonografi dari efek Doppler. Prinsip efek doppler ini sendiri yaitu ketika gelombang ultrasound ditransmisikan kearah sebuah reflektor stationer, gelombang yang dipantulkan memiliki frekuensi yang sama. Jadi, jika reflektor bergerak kearah transmiter, frekuensi yang dipantulakn akan lebih tinggi, sedangkan jika reflektor bergerak menjauhi maka frekuensi yang dipantulkan akan lebih rendah. Perbedaan antara frekuensi yang ditransmisikan dan yang diterima sebanding dengan kecepatan bergeraknya reflektor menjauhi atau mendekati transmiter. Fenomena ini dinamakan efek Doppler dan perbedaan antar frekuensi tersebut dinamakan Doppler shift.
Fetal Doppler hanya menggunakan teknik auskultasi tanpa teknik pencitraan seperti pada velocimetri Doppler maupun  USG. Untuk fetal Doppler,  agar bisa menangkap suara detak jantung, transduser ini memancarkan gelombang suara kearah jantung janin. Gelombang ini dipantulkan oleh jantung janin dan ditangkap kembali oleh transduser. Jadi, transduser berfungsi sebagai pengirim gelombang suara dan penerima kembali gelombang pantulnya (echo). Pantulan gelombang inilah yang diolah oleh Doppler menjadi sinyal suara. Sinyal suara ini selanjutnya diamplifikasikan. Hasil terakhirnya berupa suara cukup keras yang keluar dari mikrofon. Dengan alat ini energi listrik diubah menjadi energi suara yang kemudian energi suara yang dipantulkan akan diubah kembali menjadi energi listrik. Pada velocimetri Doppler maupun USG, pencitraan yang diperoleh dan ditampilkan pada layar adalah gambaran yang dihasilkan gelombang pantulan ultrasound.   
Fetal  Doppler memberikan informasi tentang janin mirip dengan yang disediakan oleh stetoskop janin .  Satu keuntungan dari fetal Doppler dibanding dengan stetoskop janin (murni akustik) adalah output audio elektronik, yang memungkinkan orang selain pengguna untuk mendengar detak jantung. Fetal dopler juga mempermudah seorang bidan dalam menghitung denyut jantung janin tanpa harus berkonsentrasi penuh dalam menghitung DJJ. 


BAB III
PENUTUP

    A.     Kesimpulan
Dopler adalah alat diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi denyut jantung bayi yang menggunakan prinsip pantulan gelombang elektromagnetik.
Alat ini ditemukan oleh Cristian Jhann Doppler dari Australia pada tahun 1842.Kato dan Izumi pada tahun 1966 adalah yang pertama menggunakan ociloscope pada penggunaan Doppler Ultrasound  sehingga pergerakan pembulauh darah dapat didokumentasikan. Tahun 1968 H. Takemura dan Y. Ashitaka dari Jepang memperkenalkan penggunaan Doppler velocimetri di bidang kebidanan dengan menggambarkan tentang spektrum Doppler dari arteri umbilikalis.
Aplikasi klinis dari Doppler adalah untuk mendeteksi dan mengukur keceptan aliran darah dan untuk menghitung jumlah dan  menilai ritme denyut jantung bayi.
Prinsip efek doppler ini sendiri yaitu ketika gelombang ultrasound ditransmisikan kearah sebuah reflektor stationer, gelombang yang dipantulkan memiliki frekuensi yang sama. Jadi, jika reflektor bergerak kearah transmiter, frekuensi yang dipantulakn akan lebih tinggi, sedangkan jika reflektor bergerak menjauhi maka frekuensi yang dipantulkan akan lebih rendah.
         B. Saran
Diharapan kepada mahasiswa setelah selesai membaca makalah ini supaya dapat memahami tentang Alat Mesin Dari Doppler.

Minggu, 07 Mei 2017

MAKALAH ANAK TENTANG ASKEP TETANUS NEONATORUM

KATA PENGANTAR
Puji syukur kelompok ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya yang melimpah, sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Anak tentang Tetanus Neonatorum. 
Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, bimbingan dan arahan dari semua pihak. Kelompok mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan bimbingannya kepada kelompok dan kepada semua pihak yang telah membantu kelompok dalam menyusun Makalah ini.
Kelompok menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan baik isi dan susunannya, hal ini disebabkan keterbatasan waktu, wawasan, ataupun kesilafan. Untuk itu kelompok mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk kesempurnaan hasil Makalah ini.
            Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada kelompok  mendapat balasan dari Allah. Harapan kelompok, Makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan mahasiswa.


                                      Pematang Reba, 8 Maret 2017

                                               Kelompok 2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang ................................................................. 1
B.     Rumusan masalah ............................................................ 2
C.     Tujuan penulisan .............................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1.      Definisi ...................................................................... 3
2.      Etiologi ...................................................................... 3
3.      Patofisiologi................................................................ 4
4.      Manifestasi Klinis....................................................... 6
5.      Pemeriksaan Penunjang.............................................. 6
6.      Penatalaksanaan.......................................................... 6
7.      Komplikasi.................................................................. 6
8.      Pencegahan................................................................. 7
 B. Asuhan Keperawatan.................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ...................................................................... 11
B.     Saran ................................................................................ 11 
DAFTAR PUSTAKA






BAB I
PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang
            Tetanus neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebabkan adanya infeksi pada tali pusat yang tidak bersih. Kematian tetanus sekitar 45-55 %, sedangkan pada tetanus neonatorum sekitar 80%. Terdapat hubungan terbalik antara lamanya masa inkubasi dengan beratnya penyakit. Resiko kematian sekitar 58% pada m,asa inkubasi 2-10 hari, dan 17-35% pada masa inkubasi 11-22 hari. Bila interval antara gejala pertama dengan timbulnya kejang cepat, prognosis lebih buruk.
            Berdasarkan hasil survei dilaksankan oleh WHO di 15 negara di Asia, Timur tengah dan Afrika pada tahun 1978-1982 menekankan bahwa penyakit tetanus neonatorum banyak dijumpai daerah pedesaan negara berkembang termasuk indonesia yang memiliki angka proporsi kematian neonatal akibat penyakit tetanus neonatorum mencapai 51%. Pada kasus tetanus neonatorum yang tidak dirawat, hampir dapat dipastikan CFR akan mendekati 100%, terutama pada kasus yang mempunyai masa inkubasi yang kurang dari 7 hari.
            Sehubungan dengan hal tersebut diatas serta melihat peran dan fungsi perawat  sangatlah penting daalam hal memperbaiki derajat kesehatan khususnya masalah     Tetanus Neonatorum pada anak. Dalam hal pelaksanaan asuhan keperawatan meliputi askep promotif( memberikan penyuluhan kesehatan untuk status kesehatan), preventif( pencegahan), kuratif( memberikan obat-obatan untuk mengobati penyebab dasar), rehabilitatif( dokter, perawat dan peran serta keluarga dalam perawatan pasien).
Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik memilih judul “ Asuhan Keperawatan Anak dengan Tetanus Neonatorum “ .

    B.  Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan tetanus neonatorum ?

   C.  Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan tetanus neonatorum.



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.     Konsep Teori
1.      Pengertian
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda klinik yang khas, setelah 2 hari pertama bayi baru hidup, menangis dan menyusun secara normal, pada hari ke 3 atau lebih timbul kekakuan seluruh tubuh dengan kesulitan membuka mulut dan menyusu disusul dengan kejang-kejang( WHO, 1989).
Tetanus neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebabkan adanya infeksi melalui tali pusat yang tidak bersih. Masih merupakan masalah diindonesia dan dinegara berkembang lain, meskipun beberapa tahun terakhir kasusnya sudah jarang diindonesia. Angka kematian tetanus neonatorum tinggi dan merupakan 45-75% dari kematian seluruh penderita tetanus. Penyebab kematian terutama akibat komplokasi antara lain radang paru-paru dan sepsis, makin muda umur bayi saaat timbul gejala, makin tinggi pula angka kematian. (Maryunani, 2011)

2.      Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh karena clostridium tetani yang bersifat anaerob dimana kuman tersebut berkembang tanpa adanya oksigen. Tetanus pada bayi ini dapat disebabkan karena tindakan pemotongan tali pusat yang kurang steril, untuk penyakit ini masa inkubasinya antara 5-14 hari. ( Hidayat,2008)

3.      Patifisiologi
Virus yang masuk dan berada dalam lingkungan anerobid berubah menjadi bentuk vegetatif dan berbiak sambil menghasilkan toksin dalam jaringan yang anerobid ini tetdapat penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan oksigen jaringan akibat adanya pus, nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra aksonal toksin disalurkan kesel saraf yang memakan waktu sesuai dengan panjang aksonnya dan aktifitas serabutnya. Belum terdapat perubahan elektrik dan fungsi sel sraf maupun toksin telah terkumpul dalam sel. Dalam sumsum tulang belakang toksin menjalar dari sel saraf lower motorneoron keluksinafis dari spinal inhibitorineorin. Pada daerah inilah menimbulkan gangguan pada inhibitoritransmiter dan menimbulkan kekakuan. ( Aang,2011)



4.      Manifestasi klinis
Tanda dan gejalanya meliputi :
a.       Kejang sampai pada otot pernafasan
b.      Leher kaku
c.       Kaku sepperti papan.
d.      Dinding abdomen keras
e.       Mulut mencucu seperti mulut ikan
f.       Suhu tubuh dapat meningkat. ( Deslidel,2011)

5.      Pemeriksaan penunjang
a.       Pemeriksaan laboratorium didapati peninggian leokosit
b.      Pemeriksaan carian otak biasanya normal
c.       Pemeriksaan elektromiogram dapat memperlihatkan adanya lepas muatan unit motorik secara terus menerus. ( Teddi,2010)

6.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tetanus neonatorum dalah perawatan tali pusat dengan alat-alat yang steril. ( Deslidel,2011)
Pengobatan tetanus ditujukan pada :
a.       Netralisasi toksin yang masih ada didalam darah sebelum kontak dengan sistem saraf, dengan serum antitetanus( ATS Terapeutik)
b.      Membersihkan luka tempat masuknya kuman untuk menghentikan produksi toksin
c.       Pemberian antibiotik penicilin atau tetrasiklin untuk membunuh kuman penyebab
d.      Pemberian nutrisi, cairan dan kalori sesuai kebutuhan
e.       Merawat penderita ditempat yang tenang dan tidak terlalu terang
f.       Mengurangi serangan dengan mebrikan obat pelemas otot dan sesedikit mungkin manipulasi pada penderita. ( Maryunani,2010)

7.      Komplikasi
a.       Bronkopneumonia
b.      Asfiksia akibat obstruksi secret pada saluran pernafasan
c.       Sepsis neonatorum

8.      Pencegahan
a.      Imunisasi aktif
Vaksinisasi dasar dalam bentuk toksoid diberikan bersama vaksin pertusis dan difteri ( vaksin DPT). Kadar proteksi antibodi bertahan selama 5-10 tahun sesudah suntikan “ booster “. Tetanus toksoid ( TT ) selanjutnya diberiakn 10 tahun kecuali bila mengalami luka yang beresiko terinfeksi, diberikan toksoid bila suntikan terakhir sudah lebih dari 5 tahun sebelumnya atau bila belum pernah vaksinisasi. Pada luka yang sangat parah, suntikan toksoid diberikan bila vaksinisasi terkhir sudah diberikan 1 tahun terakhir.
Untuk mencegah tetanus neonatorum, diberikan TT pada semua wanita usia subur atau wanita hamil trimester III, selain memberikan penyuluhan dan bimbingan pada dukun beranak agar memotong dan merawat tali pusat bayi dengan cara semestinya. Dapat terjadi pembengkakkan dan rasa sakit pada tempat suntukan sesudah pemberian vaksin TT. ( Maryunani,2010)

B.   Asuhan Keperawatan
1.     Pengkajian keperawatan
a.       Pengkajian
b.      Riwayat kehamilan prenatal
Ditanyakan apakah ibu sudah diimunisasi TT.
c.       Riwayat natal ditanyakan.
Siapa penolong persalinan karena data ini akan membantu membedakan persalinan yang bersih/hygienis atau tidak. Alat potong tali pusat, tempat persalinan.
d.      Riwayat postnatal
Ditanyakan cara perawatan tali pusat, mulai kapan bayi tidak dapat menyusu( inhubation period). Berapa lama selang waktu antara gejala tidak dapat menyusu dengan gejala kejang yang pertama( period of onset)
e.       Imunisasi pada tetanus anak
Ditanyakan apakah sudah pernah imunisasi DPT/DT atau TT dan kapan terakhir diberikan.
f.       Riwayat psikososial
1). Kebiasaan anak bermain dimana
2). Hygiene sanitasi
g.      Pemeriksaan fisik
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan gejala dari tetanus, bayi normal dan bisa menyusu dalam 3 hari pertama. Hari berikutnya bayi sukar menyusu, mulut mencucu seperti mulut ikan. Risuss sardonikus dan kekakuan otot ektremitas. Tanda tanda infeksi tali pusat kotor. Hipoksia dan sianosis. Pada anak keluhan dimulai dengan kaku otot lokal disusul dengan kesukaran untuk membuka mulut(Trismus).
Pada wajah : risus sardonikus ekspresi muka yang khas akibat kekakuan otot-otot mimik, dahi mengkerut, alis terangkat, mata agak menyipit, sudut mulut keluar dan kebawah.
Opisthotonus tubuh yang kaku akibat kekakuan otot leher, otot punggung, otot pinggang, semua trunk muscle.
Pada perut : otot dinding perut seperti papan. Kejang umum mula-mula terjadi setelah dirangsang lambat laun pada anak jatuh dalam status konvulsius. Pada daerah ektremitas apakah ada luka tusuk, luka lengan nanah atau gigitan binatang.
h.      Tatalaksana pasien tetanus umum :
1)      Mencukupi cairan dan nutrisi. Pemberian cairan secara i.v, sekalian untuk memberikan obat-obatan secara syringe pump(valium pump).
2)      Menjaga saluran nafas tetap bebas, pada kasus yang berat perlu tratcheostomy.
3)      Memeriksa tambahan oksigen secara nasal atau sangkup.
4)      Kejang harus segera dihentikan dengan pemberian valium/diazepam bolus iv 5 mg untuk neonatus, bolus iv atau parektal 10 mguntuk anak-anak( maksimum 0,7 mg/kg BB).

2.     Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan tetanus antara lain:
a.       Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekresi akibat kerusakan otot-otot menelan.
b.      Resiko apirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran, gangguan menelan koordinasi otot (kejang), irritabilitas
c.       Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan penyakit yang terkait

3.      Intervensi
Diagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d  penumpukan sekresi akibat kerusakan otot-otot menelan
Tujuan         : Setelah dilakukan keperawatan dalam 3x 24 jam.
Status respirasi : terjadi kepatenan jalan nafas dengan
   Kiteria Hasil : Pasien tidak sesak nafas, auskultasi suara paru bersih, tanda vital normal

Intervensi       :
Airway manajemenn
a.       Bebaskan jalan nafas dengan posisi leher ekstensi jika memungkinkan.
b.      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c.       Identifikasi pasien secara actual atau potensial untuk membebaskan jalan nafas.
d.      Lakukan terapi dada jika memungkinkan
e.       Keluarkan lendir dengan suction
f.       Asukultasi suara nafas
 Airway Suction
a.       Tentukan kebutuhan suction melalui oral atau tracheal
b.       Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction
c.       Informasikan pada keluarga tentang suction
d.      Masukan slang jalan afas melalui hidung untuk memudahkan suction
e.       Gunakan peralatan steril, sekali pakai untuk melakukan prosedur tracheal suction.

Diagsona 2   :  Risiko aspirasi b/d tidak efektifnya refllek menelan
Tujuan         : Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam 3x 24 jam tidak terjadi aspirasi
Keteria Hasil :
a.       Terjadi peningkatan reflek menelan
b.      Bertoleransi thdp intake oral & sekresi tanpa aspirasi
c.       Bersihan Jalan nafas bersih.

Intervensi :
Pencegahan aspirasi
a.       Cek residu sebelum pemberian NGT
b.      Monitor td aspirasi selama proses pemberian NGT ( batuk, tersedak, saliva)
c.       Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk, reflek menelan dan kemampuan menelan
d.      Monitor status paru dan V/S
e.        Berikan oxigenasi
f.       Kolaborasi u/ terapi okupasi
g.      Ajarkan pada keluarga cara memberikan Makanan melalui NGT
        
                            Diagnosa 3 : Gangguan rasa nyaman b/d penyakit yang terkait
Tujuan      : setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam 3x24 jam                                    ketidaknyamanan teratasi.
Kiteria Hasil :
a.       Pasien terlihat tidak gelisah.
b.      Pasien nyaman dengan lingkungan.

Intervensi :
a.       Berikan posisi yang nyaman
b.      Hindari gangguan yang tidak diperlukan dan berikan kesempatan pasien untuk istirahat
c.       Berikan lingkungan yang tenang dan support
d.      Atur suhu ruangan sehingga nyaman untuk pasien
e.       Fasilitasi tindakan hygine untuk menjaga kenyamanan


BAB III
PENUTUP
    A. Kesimpulan
            Tetanus neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebabkan adanya infeksi melalui tali pusat yang tidk bersih. Penyakit ini disebabkan oleh karena clostridium tetani yang bersifat anaerob dimana kuman tersebut berkembang tanpa adanya oksigen dan pemotongan tali pusat yang tidak steril . tanda dan gejala meliputi kejang sampai pada otot pernafasan, leher kaku, dinding abdomen keras, mulut mencucu seperti mulut ikan, dan suhu tubuh dapat meningkat. Komplikasi dari penyakit tetanus neonatorum seperti bronkopnemonia, asfiksia akibat obstruksi secret pada saluran pernafasan , sepsis neonatorum. Pemeriksaan penunjangnya adalah pemeriksaan laboratorium didapati peninggian leukosit, pemeriksaan cairan otak biasanya normal dan pemeriksaan eletroniogram.

B.  Saran
            Diharapkan kepada mahasiswa setelah membaca makalah ini dapat memahami tentang Asuhan Keperawatan Tetanus Neonatorum.





DAFTAR PUSTAKA
Deslidel, Hajjah, 2011. Buku Ajar Neonatus Bayi Dan Balita. Jakarta: EGC.
Hidayat, Aziz Alimul A, 2008. Pengantar ilmu keperawata anak 1. Jakarta : Salemba Medika
Maryunani, Anik, 2010. Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan. Jakarta: Tim.










Alat Mesin dari Doppler

KATA PENGANTAR Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Allah yang maha ESA, karena berkat kemurahanNYA makalah ini dapat kami sel...